Bagaimana seseorang bisa dapat menjadi pribadi yang sempurna? Menjawab hal ini tentu tidaklah semudah kita bisa menjelaskan dengan sepatah atau beberapa patah kata. Karena menjadi pribadi yang sempurna, bukanlah hal yang mudah dan murah, perlu diawali dengan segudang hal dan mal agar dapat mencapai derajat dan martabat itu.
Maklum, telah kita ketahui bersama, bahwa di dalam setiap suku, agama, ras, dan bangsa sekalipun memiliki tokoh ideal yang dijadikan sandaran atas sosok kesempurnaan itu.
Dalam sudut padangan Agama Islam contoh suri tauladan dan insan kamil yang perlu untuk diikuti perilakunya adalah Rasulullah Muhammad SAW, karena di dalam dirinya terkumpul sifat rendah hati, lemah lembut, jujur, tidak suka mencari-cari cacad orang lain, sabar, dan tidak angkuh, santun, dan tidak mabuk pujian. Ia selalu berusaha melupakan hal-hal yang tidak berkenan di hatinya dan tidak pernah berputus asa dalam usaha.
Ketika Aisyah ditanya tentang akhlak Nabi Muhammad SAW, ia menjawab “akhlaknya adalah Al-Qur’an” (HR Ahmad dan Muslim).
Menjadi sepertinya tidaklah mudah, berbagai macam rintangan dan kesulitan telah ia hadapi. Ketika mendapatkan gangguan dan cemoohan masyarakatnya, beliau hanya berkata “Ya Allah, ampunilah kaumku, karena mereka tidak mengetahui.” Beliau selalu mengharapkan kebaikan seluruh umat manusia, penyayang dan belas-kasih terhadap mereka.
Dalam satu riwayat diceritakan bahwa setiap hari Nabi Muhammad SAW hendak berjalan menuju masjid, beliau selalu diludahi oleh orang kafir. Namun pada suatu hari beliau lewat di jalan yang sama, dan tidak ada yang meludahi beliau seperti hari-hari sebelumnya, maka Nabi Muhammad SAW bertanya kepada sahabat tentang keberadaan orang yang meludahi dirinya. Setelah diberitahu bahwa orang tersebut sedang sakit, maka beliau menjenguk orang itu dan berdo’a agar Allah memberikan hidayah dan menyembuhkan penyakitnya. Dengan kelembutannya Nabi Muhammad SAW membalas kejahatan dengan kebaikan.
Hanya seseorang berjiwa besar dan berpengetahuan luas yang dapat memposisikan diri dalam keadaan yang luar biasa sulitnya dengan penuh ketenangan dan kematangan dalam mengatasi masalah itu.
Dari hal ini dapat kita pahami bahwa untuk menjadi sosok yang sempurna itu, perlu didahului dengan mematangkan diri terlebih dahulu. Karena sejatinya kesempurnaan itu memiliki makna ganda yang bisa dipahami dengan "sempurna pada diri" dan "sempurna untuk orang lain".
Oleh karena itu, langkah awal untuk menjadi sosok yang sempurna adalah dengan menyempurnakan diri sendiri, mematangkan diri sendiri dengan semua hal dan mal yang kita miliki.
إبدأ بنفسك ثم بمن تعول
"Mulai lah dari diri sendiri, kemudian orang di sekitarmu."
"Untuk melakukan perubahan, fokuslah pada diri sendiri, baru kemudian diperluas jangkauanmu."
0 Comment:
Post a Comment
Kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan