Thursday, August 25, 2016

"Kalian, Yang Disebelah Kanan Beritahu Yang Disebelah Kiri"

Standard

Alkisah, diceritakan hiduplah seorang ahli tasawuf masyhur bernama Nasreddin Hodja. Nasreddin merupakan orang yang lucu dan cerdik, dia biasa melakukan sohbet-sohbet (ceramah) di banyak tempat. 

Pada suatu ketika, Nazreddin Hodja diminta untuk sohbet di suatu masjid.

Pada hari yang telah ditentukan untuk pelaksanaan sohbet tersebut, jamaah sudah sangat ramai ingin mendengar sohbet dari seorang Nazreddin Hodja yang terkemuka. Seisi masjid penuh, riuh oleh suara jamaah yang menanti-nanti kehadiran Nazreddin.

Akhirnya, setelaah beberapa lama menunggu Nazreddin datang. Semua jamaah langsung terdiam, tak sabar ingin mendengar sohbetnya. Kemudian Nazreddin duduk di kursinya untuk memulai sohbet.

"Baik, kita akan memulai sohbetnya sekarang. Apa kalian tau apa yang ingin saya sampaikan?" Kata Nazreddin pada jamaahnya.

"Tidak!" Jawab serentak jamaah dengan semangat.

Kemudian Nazreddin menjawab "Lalu, buat apa kalian datang kesini kalau tidak tau yang ingin aku sampaikan? Kalau begitu kita bubarkan sohbet hari ini!" Nazreddin pun berdiri dari bangkunya dan pergi keluar.

Keesokan harinya Nazreddin datang lagi untuk menyampaikan sohbetnya yang kemarin tertunda. 

Nazreddin kembali duduk di kursinya dan memulai sohbetnya, "Baik, kita akan memulai sohbetnya sekarang. Apa kalian sudah tau apa yang ingin saya sampaikan?"

Karena kemaren dijawab tidak Nazreddin pergi. Maka jama'ah pun serentak menjawab hal yang sebaliknya agar bisa mendengar sohbet Nazreddin, "Sudah!"

Kemudian Nazreddin menjawab, "Lalu, buat apa kalian datang kesini kalau sudah tau yang ingin saya sampaikan? Kalau begitu kita bubarkan sohbet hari ini!" Nazreddin pun berdiri dari bangkunya dan pergi keluar.

Keesokan harinya Nazreddin kembali datang untuk menyapaikan sohbetnya yang lagi-lagi tertunda.

Jama'ah sudah tidak sabar ingin mendengar sohbet Nazreddin, apa sebenarnya yang ingin dia sampaikan.

Nazreddin kembali duduk di kursinya dan memulai sohbetnya, "Baik, kita akan memulai sohbetnya sekarang. Bagaimana? Apa kalian sudah tau apa yang ingin saya sampaikan?"

Jama'ah bingung harus menjawab apa lagi, kalau menjawab tidak, Nazreddin akan pergi, begitu juga kalau menjawab sudah. Hingga suara jama'ah terpecah yang sebalah kanan menjawab "Sudah!" yang sebalah kiri menjawab "Belum".

Kemudian Nazreddin menjawab, "Bagus, kalian yang di sebelah kanan beritahu yang di sebelah kalian. Kalian yang sebalah kiri tanya pada yang sebelah kanan" Nazreddin pun berdiri dari bangkunya dan pergi keluar sambil berkata "Sohbet selesai."

Musa : "Ya. Rabb. Siapakah Orang yang Paling Banyak Dosanya?"

Standard

Nabi Musa a.s merupakan salah seorang Nabi yang dikenal dapat bercakap-cakap dengan Allah Swt., ia dikenal sebagai Kalemallah.

Suatu ketika, Nabi Musa naik ke sebuah bukit untuk menanyakan akan suatu hal. "Ya Rabbi, siapakah orang yang paling banyak dosanya?"

Kemudian Allah menjawab, "Nanti ketika kau turun dari bukit ini kau akan menjumpai seseorang yang bersama anaknya, dialah orang tersebut"

Keesokan harinya, Nabi Musa kembali berangkat menuju bukit untuk menanyakan suatu hal, "Ya Rabbi, siapakah orang yang tak memiliki dosa hingga hari ini?"

Kemudian Allah menjawab, "Ya Musa, akau akan menjumpai orang tersebut ketika turun dari bukit ini"

Ketika turun dari bukit tersebut ia terkejut, bahwa dia menjumpai orang yang sama seperti kemarin. Dia bingung, bagaimana mungkin orang yang paling banyak dosanya kemarin bisa menjadi orang yang tak berdosa hari ini? Kemudian dia pun kembali ke bukit untuk menanyakan hal itu.

"Ya, Allah bagaimana mungkin orang yang paling banyak dosanya kemarin bisa menjadi orang yang tidak memiliki dosa hari ini?"

Kemudian Allah menjawab, "Setelah pertemuanmu dengannya kemarin, ia dan anaknya pergi ke sebuah tepian laut. Kemudian anak kecil itu bertanya, "Ayahku, apakah ada yang lebih banyak daripada pasir-pasir disini?" Kemudian ayahnya menjawab, "Ada anakku, yaitu air di lautan." Kemudian anak itu bertanya kembali, "Lalu apakah ada yang lebih banyak daripada air di lautan ini ayahku?" "Ada anakku, yaitu dosa-dosaku." Kemudian anak kecil itu pun bertanya lagi, "apakah ada yang lebih banyak di dunia ini dibanding dosa-dosamu duhai ayahku." Kemudian ayahnya pun menjawab, "Tentu saja anakku, yaitu rahmat Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Maka dari cerita itu, Nabi Musa mengetahui bahwa, sebanyak apapun dosa yang telah dilakukan, tetap saja rahmat Allah lebih banyak. Dan apabila seseorang telah menyadari kesalahan-kesalahannya yang lampau, maka rahmat Allah niscaya akan menghapus semua kesalahannya tersebut.

Allahu A'lam bishawab...

Saturday, August 20, 2016

Seorang Penggembala dan Putri Raja

Standard

Pada suatu ketika, hiduplah dua orang sahabat penggembala di sebuah desa, suatu hari salah seorang penggembala pergi menggembalakan gembalaannya ke hutan. Di hutan ia berangan-angan tentang suatu hal, kemudian sekembalinya dari hutan ia menceritakannya pada sahabatnya, bahwa ia ingin menikahi seorang putri raja.

Sahabat itu pun tersontak kaget dan menjawab, "mana mungkin, kita yang hanya seorang penggembala bisa mneikahi seorang putri raja."

Kemudian penggembala tersebut menjadi sedih, gelisah, resah, gundah gulana, tidak nafsu makan, tidak mandi, tak bisa tidur hingga dirinya tidak terurus.  Sahabatnya pun merasa kasihan, jika terus begini sahabat satu-satunya akan mati meninggalkannya.

Kemudian mereka pun pergi ke sebuah desa yang didalamnya terdapat sebuah majelis ta'lim, kemudian bertemu dengan salah seorang sahabat Allah (wali Allah) kemudian mereka menanyakan permasalahannya tentang keinginan sahabatnya menikahi putri raja. Ulama tersebut menjawab, "Oh, itu masalah kecil, semua yang kamu inginkan akan kamu dapatkan... kamu ambil tasbih ini dan pergilah ke gunung di belakang desa ini, disana ada sebuah gua, disana kamu bertasbihlah mengagungkan nama Allah selama 40 hari tanpa berhenti." Kemudian berangkatlah ia.

Satu hari... dua hari... tiga hari terlewati..

Pada hari ke-15 mulai timbul desas-desus, gosip ibu-ibu tentang seorang darwis (sufi) yang sedang bertasbih di sebuah gua, lama kelamaan gosip-gosip itu terus menyebar dari desa, ke kota, dari kota ke kalangan istana, dari kalangan istana ke raja dan patihnya. (Pada hari ke-20)

Kemudian para wazir dan perdana menteri pun berkumpul, merapatkan tentang gosip yang berkembang itu. "Bagaimana kalau kita mengajak sufi tersebut tinggal di istana agar Negeri ini semakin berkah." Hal itu pun disetujui oleh raja dan patihnya. 

Kemudian bagaimana cara mengajak sufi itu agar mau tinggal di istana?

Ada yang menyarankan, "bagaimana kalau kita berikan dia rumah, pasti dia akan mau tinggal di istana."

"Tapi, mana mungkin seorang sufi mengiginkan sebuah kekayaan seperti itu"

"Iya juga ya"

"Bagaimana kalau kita berikan dia jabatan sebagai salah seorang wazir di kerajaan ini"

"Tapi, mana mungkin seorang yang alim seperti beliau menginginkan sebuah jabatan seberti itu"

"Iya juga ya"

Kemudia ada salah seorang yang menyeletuk, "Bagaimana kalau kita nikahkan putri raja dengannya"

Seisi ruangan rapat pun kaget. Diam... 

Kemudian Raja pun berbicara "Hm... boleh juga, aku akan nikahkan putriku kepadanya agar ia tinggal di istana ini"

Tepat pada hari ke-40 yang dijanjikan Raja dan Patih, serta keluarga istana datang ke gua tersebut, mendatangi darwis tersebut. Darwis tersebut pun keluar ditemani sahabatnya. Raja berniat untuk mengajaknyanya tinggal di istana.

Raja memulai percakapan, "Maukah kau tinggal di Istana kami, akan kuberikan rumah yang megah sebagai gantinya."

"Tidak" jawabnya.

"Kalau begitu, maukah kau menjadi seorang wazir di kerajaan kami?"

"Tidak" jawabnya.

Hingga tiba pada pertanyaan terakhir.

"Baiklah, kalau begitu.. meskipun hal ini tidak sebanding dengan ketinggian dan ketakwaanmu. Tapi, maukah kau menikahi putriku dan tinggal di istana bersama kami?"

Luar biasa girang sahabat darwis tersebut, impian sahabatnya yang selama ini diimpikan akan benar-benar terwujud dalam 40 hari. Sambil tersenyum dan menarik baju Darwis tersebut membisikkan "Iya...iya."

"...Tidak" Darwis tersebut telah memberikan jawabannya.

Sahabatnya pun terkejut, "apa yang kau katakan, bukankah kau selama 40 hari bertasbih di gua ini terus menerus tanpa henti agar dapat menikahi putri raja? Tapi mengapa kau menolaknya."

"Benar, selama 40 hari aku bertasbih untuk mendapatkan apa yang aku inginkan. Tapi, apakah yang tidak akan aku dapatkan jika aku terus berada di jalan ini, terus bertasbih dan mengagungkan nama Allah?"