Saturday, August 20, 2016

Seorang Penggembala dan Putri Raja

Standard

Pada suatu ketika, hiduplah dua orang sahabat penggembala di sebuah desa, suatu hari salah seorang penggembala pergi menggembalakan gembalaannya ke hutan. Di hutan ia berangan-angan tentang suatu hal, kemudian sekembalinya dari hutan ia menceritakannya pada sahabatnya, bahwa ia ingin menikahi seorang putri raja.

Sahabat itu pun tersontak kaget dan menjawab, "mana mungkin, kita yang hanya seorang penggembala bisa mneikahi seorang putri raja."

Kemudian penggembala tersebut menjadi sedih, gelisah, resah, gundah gulana, tidak nafsu makan, tidak mandi, tak bisa tidur hingga dirinya tidak terurus.  Sahabatnya pun merasa kasihan, jika terus begini sahabat satu-satunya akan mati meninggalkannya.

Kemudian mereka pun pergi ke sebuah desa yang didalamnya terdapat sebuah majelis ta'lim, kemudian bertemu dengan salah seorang sahabat Allah (wali Allah) kemudian mereka menanyakan permasalahannya tentang keinginan sahabatnya menikahi putri raja. Ulama tersebut menjawab, "Oh, itu masalah kecil, semua yang kamu inginkan akan kamu dapatkan... kamu ambil tasbih ini dan pergilah ke gunung di belakang desa ini, disana ada sebuah gua, disana kamu bertasbihlah mengagungkan nama Allah selama 40 hari tanpa berhenti." Kemudian berangkatlah ia.

Satu hari... dua hari... tiga hari terlewati..

Pada hari ke-15 mulai timbul desas-desus, gosip ibu-ibu tentang seorang darwis (sufi) yang sedang bertasbih di sebuah gua, lama kelamaan gosip-gosip itu terus menyebar dari desa, ke kota, dari kota ke kalangan istana, dari kalangan istana ke raja dan patihnya. (Pada hari ke-20)

Kemudian para wazir dan perdana menteri pun berkumpul, merapatkan tentang gosip yang berkembang itu. "Bagaimana kalau kita mengajak sufi tersebut tinggal di istana agar Negeri ini semakin berkah." Hal itu pun disetujui oleh raja dan patihnya. 

Kemudian bagaimana cara mengajak sufi itu agar mau tinggal di istana?

Ada yang menyarankan, "bagaimana kalau kita berikan dia rumah, pasti dia akan mau tinggal di istana."

"Tapi, mana mungkin seorang sufi mengiginkan sebuah kekayaan seperti itu"

"Iya juga ya"

"Bagaimana kalau kita berikan dia jabatan sebagai salah seorang wazir di kerajaan ini"

"Tapi, mana mungkin seorang yang alim seperti beliau menginginkan sebuah jabatan seberti itu"

"Iya juga ya"

Kemudia ada salah seorang yang menyeletuk, "Bagaimana kalau kita nikahkan putri raja dengannya"

Seisi ruangan rapat pun kaget. Diam... 

Kemudian Raja pun berbicara "Hm... boleh juga, aku akan nikahkan putriku kepadanya agar ia tinggal di istana ini"

Tepat pada hari ke-40 yang dijanjikan Raja dan Patih, serta keluarga istana datang ke gua tersebut, mendatangi darwis tersebut. Darwis tersebut pun keluar ditemani sahabatnya. Raja berniat untuk mengajaknyanya tinggal di istana.

Raja memulai percakapan, "Maukah kau tinggal di Istana kami, akan kuberikan rumah yang megah sebagai gantinya."

"Tidak" jawabnya.

"Kalau begitu, maukah kau menjadi seorang wazir di kerajaan kami?"

"Tidak" jawabnya.

Hingga tiba pada pertanyaan terakhir.

"Baiklah, kalau begitu.. meskipun hal ini tidak sebanding dengan ketinggian dan ketakwaanmu. Tapi, maukah kau menikahi putriku dan tinggal di istana bersama kami?"

Luar biasa girang sahabat darwis tersebut, impian sahabatnya yang selama ini diimpikan akan benar-benar terwujud dalam 40 hari. Sambil tersenyum dan menarik baju Darwis tersebut membisikkan "Iya...iya."

"...Tidak" Darwis tersebut telah memberikan jawabannya.

Sahabatnya pun terkejut, "apa yang kau katakan, bukankah kau selama 40 hari bertasbih di gua ini terus menerus tanpa henti agar dapat menikahi putri raja? Tapi mengapa kau menolaknya."

"Benar, selama 40 hari aku bertasbih untuk mendapatkan apa yang aku inginkan. Tapi, apakah yang tidak akan aku dapatkan jika aku terus berada di jalan ini, terus bertasbih dan mengagungkan nama Allah?"

0 Comment:

Post a Comment

Kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan