Beberapa waktu lalu setelah aksi "Bela Islam Jilid III", pada 2 Desember 2016 (212) lalu, KH. Anwar Zahid sempat mengisi tausiyah di dusun tetangga, Kyai kemenyek itu mencemaskan perilaku masyarakat yang mirip daun kering.
"Diilustrasikan bahwa daun kering adalah sesuatu yang mudah dikumpulkan, diterbangkan angin, dan juga gampang disulut. Satu lagi, daun kering tidak pernah bisa disatukan. Upaya menyatukan daun kering dalam satu ikatan hanya akan menyebabkan kerusakan."
Miris memang, tapi sejumlah fakta menyatakan demikian. Keberagaman yang ada di Indonesia memang sesuatu yang amat sensitif apabila terlalu sering diungkit. Media yang sudah tidak sehat lagi, mencari-cari fenomena yang dapat menaikkan ratingnya. Slogan bangsa "Bhinneka Tunggal Ika" yang dahulu dibangga-banggakan seakan-akan hilang layaknya kayu yang dimakan api.
Pesan yang disampaikan KH. Anwar Zahid tersebut menjadi suatu kajian yang menarik untuk diteliti dan dipahami, memberi makna yang mendalam, menggambarkan kondisi saat ini.
Masyarakat diminta agar jangan terlalu mudah untuk tersulut emosi dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Apalagi hanya sekedar ikut-ikutan agar terlihat kekinian.
0 Comment:
Post a Comment
Kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan