Saturday, November 5, 2016

Jihad dengan Ilmu : Respon Pribadi Peristiwa 4 November 2016

Standard

Persistiwa 4 November lalu, merupakan salah satu peristiwa yang amat penting dicatatkan dalam sejarah. Demonstrasi yang terbesar semenjak peristiwa 98 dahulu, kala seluruh mahasiswa  Indonesia menyampaikan aspirasinya terkait Kesejahteraan Indonesia. Hanya saja bedanya, demontrasi pada tanggal 4 November lalu, lebih mengkhususkan pada kaum muslimin seluruh Indonesia. Oleh karena itu, wajar wajar saja apabila apabila ada pihak yang kurang berkenan.

Kaum muslimin menyerukan jihad fi sabilillah mereka dengan melakukan longmarch dari Masjid Istiqlal menuju Istana Jakarta untuk mengadukan perkataan Gubernur DKI Jakarta (Basuki Tjahaja Purnama) yang dianggap telah melakukan penistaan terhadap al-Qur'an dan Agama Islam, sehingga perlunya proses hukum terkait hal itu.

Jihad menurut syariat Islam adalah berjuang dengan sungguh-sungguh. Jihad dilaksanakan untuk menjalankan misi utama manusia yaitu menegakkan Din (agama) Allah atau menjaga Din tetap tegak, dengan cara-cara yang sesuai dengan garis perjuangan para Rasul dan Al-Quran. (wikipedia)

Ada banyak bentuk jihad yang dijelaskan dalam al-Qur'an maupun Hadits dari Rasulullah. Diantaranya adalah, sebagai berikut:

  1. Jihad dengan Pedang (Perang) di Jalan Allah
  2. Jihad dengan Harta di Jalan Allah
  3. Jihad melawan Hawa Nafsu diri sendiri.
Pada abad 6-18 M, Islam sempat memuncakkan peradaban tak kurang selama 12 abad lamanya, dengan kerajaan-kerajaannya yang megah, dari Eropa hingga Asia. Dan memang pada masa itu peperangan adalah hal yang tidak bisa dihindari, dan beruntungnya Islam selalu memenangi kebanyakan peperangan itu. Hingga, tiba saatnya perputaran kejayaan.

Di penghujung abad 18 kejayaan Islam mulai mengalami kemunduran, hal ini terjadi ketika Kerajan Turki Usmani (Ottoman) diserbu oleh banyak negara (Perang Dunia I). Seperti, Inggris, Jerman, Serbia, Rusia, Austria, Hongaria dan beberapa negara lain yang ingin mengakhiri kejayaan Turki Usmani.

Perang Dunia I antara Turki dan Rusia, ditambah dengan serangan bombardir dari beberapa negara membuat kepayahan umat Islam kala itu yang dipimpin oleh Sultan Abdul Hamid II, melihat banyaknya alat peperangan yang belum pernah ditemuinya membuat Turki Usmani kehilangan kekuatannya dihadapan senjata-senjata canggih tersebut,  semenjak itulah beliau menyadari bahwa , "Sekarang, sudah bukan zamannya umat Islam berjihad lagi dengan Pedang (Perang) lagi, tetapi sekarang adalah berjihad dengan ilmu pengetahuan."

Oleh karena itu, penulis secara "pribadi" merespon perisitiwa ini dengan cara memperdalam ilmu pengetahuan, belajar ilmu keagamaan secara benar,  agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi dalam segala aspeknya. Sesuai dengan firman Allah dalam Surah At-Taubah ayat 122 :
۞وَمَا كَانَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لِيَنفِرُواْ كَآفَّةٗۚ فَلَوۡلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرۡقَةٖ مِّنۡهُمۡ طَآئِفَةٞ لِّيَتَفَقَّهُواْ فِي ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُواْ قَوۡمَهُمۡ إِذَا رَجَعُوٓاْ إِلَيۡهِمۡ لَعَلَّهُمۡ يَحۡذَرُونَ ١٢٢
"Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya."

0 Comment:

Post a Comment

Kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan