Nama aslinya adalah Al-Haafidh Shihabuddin Abu'l-Fadl Ahmad ibn Ali ibn Muhammad, ia adalah seorang anak yatim, yang ditinggal mati oleh ayahnya. Karena kematian ayahnya tersebut ia merasa terkucil dan tertekan, karena itu ibunya menginginkan agar anaknya itu untuk berangkat ke madrasah untuk belajar, daripada tinggal di rumah karena kesedihannya itu. Ibunya berharap agar madrasah bisa melupakan kesedihannya itu.
Di madrasah tak ada perubahan yang berarti dalam hidupnya, justru hal ini membuatnya semakin tertekan dan frustasi ditambah lagi ia tidak dapat memahami pelajaran-pelajaran di madrasah karena masalahnya itu, sehingga teman-temannya mengolok-oloknya karena kebodohannya dalam memahami pelajaran.
Suatu hari, ia sudah tidak tahan lagi dengan pelajaran dan olokan tersebut, ia memutuskan kabur dari madrasah tersebut. Kemudian, sampailah ia ke sebuah hutan, dia menelusuri hutan tersebut, dan memikirkan apa yang salah dengan dirinya. Hingga pada waktu itu hujan turun, ia memutuskan untuk berteduh, dia menemukan sebuah gua di dalam hutan tersebut dan berteduh disana.
Di dalam gua, dia merenung dan berpikir tentang dirinya, hingga pikirannya terganggu oleh suara tetesan air, kemudian dia berpaling menuju arah suara air tersebut dan terfokus kepada sebuah batu yang besar. Ternyata batu besar itu ditetesi oleh air itu. Dia melihat batu itu berlubang karena tetesan air itu. Bagaimana mungkin batu sebesar itu bisa tertembus hanya dengan tetesan-tetesan air?
Setelah berpikir lama, dan dia mendapatkan pencerahan jawaban atas dirinya. "Batu yang keras dan sebesar itu saja bisa bolong dengan tetesan air yang sedikit dan lembut itu, apalagi kepala saya yang tidak menyerupai kerasnya batu itu. Jadi kepala saya pasti bisa menyerap segala pelajaran jika dibarengi dengan ketekunan, rajin dan sabar." Saat itu juga dia memutuskan kembali ke madrasah untuk belajar.
Semenjak hal itulah, ia menjadi orang yang sangat dihormati kecerdasannya oleh teman-temannya, dan menjadi seorang ulama besar pasa masa itu. Peristiwa itulah yang menjadi cikal bakal sebutan "Ibnu Hajar" yang berarti "Anak Batu".
Ibnu Hajar termasuk ulama yang sangat produktif. Karya-karyanya tidak kurang dari 100 kitab dari berbagai masalah agama. Bahkan menurut muridnya, karya beliau mencapai 270 kitab. Yang terkenal adalah Fathul Bari, yang merupakan syarah kitab Shahih Bukhari dengan ketebalan sekitar 6000 halaman. Karya lainnya yang terkenal diantaranya; al-Ishabah fi Tamyuzis Shahabah yang berisi biografi para sahabat nabi Muhammad saw, Tahdzibut Tahdzib dan Lisanul Mizan, yang berisi biografi para Rijalul Hadits, Bulughul Maram yang berisi hadits-hadits hukum, Athrafus Shahihain, Nukhbatul Fikar fi Musthalah Ahlul Bukhari, dan lain-lain.
0 Comment:
Post a Comment
Kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan